Senin, 29 Oktober 2012

CINTA SEJATI muncul



Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

 

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 kebahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)
Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang di saat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih. Cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi jangan terburu-buru, dan pilihlah yang terbaik.
Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang “sempurna” bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Dan karena itu kamu sempurna. Jangan pernah bilang “I love you” kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya kebohongan. Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya…
Cinta bukan, “Ini salah kamu”, tapi “Ma’afkan aku”. Bukan “Kamu di mana sih?”, tapi “Aku disini”. Bukan “Gimana sih kamu?”, tapi “Aku ngerti kok”. Bukan “Coba kamu gak kayak gini”, tapi “Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya”.
Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas. Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu izinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.
Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu. Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.

Kalau bisa jangan biarkan profesimu mengintimidasi hidup pribadimu. Sangat tidak nyaman kalau itu terjadi.
Carilah pendapat dari orang2 sekitarmu untuk memastikan bahwa kamu tetap kamu.
Senang dan sedih dalam pekerjaan ??? Siapa takut…
Hidup harus tetap berjalan bagaimanapun formatnya. Hanya kemampuan kita bertahan hiduplah yang dapat mengarahkan format itu kearah yang benar * menurut kita*

Cinta menimbulkan kepedihan.
Cinta menyembuhkan kepedihan.
Dan, cinta itu adalah kepedihan.
Di mana ada cinta, maka kepedihan tak pernah jauh darinya.

Cinta akan memenuhi hati kita,
menghancurkan hati kita, dan
menyembuhkan hati kita yang terluka.

Banyak kepedihan yang tersimpan dalam kisah kisah cinta sejati.

Kisah cinta tidak ada akhir yang membahagiakan, sebab cepat atau lambat cinta itu tetap abadi hingga salah satu pihak akan berpulang lebih dulu, meninggalkan orang lainnya dalam kepedihan dan dukacita.

Cinta itu buta dan cinta dapat membukakan mata.

Cinta tak pernah merupakan akhir, namun selalu ada kelanjutannya, atau harapan bagi yang menjalaninya.

Setiap kisah cinta tak akan pernah berakhir bahagia, cepat atau lambat.

Kalau kau memusatkan perhatian untuk memberikan cinta, tugasmu akan terasa lebih kecil namun hasilnya besar. Kalau kau memusatkan perhatian untuk mendapatkan cinta, tugasmu akan terasa lebih besar namun hasilnya kecil.

Kita akan tetap saling mencintai apabila kita dapat menerima setiap perubahan.

Hal yang tersedih adalah apabila orang yang mendatangi kita pergi berjalan menjauh, dan perasaan kita bertambah sedih seiring banyaknya langkah kaki saat ia meninggalkan kita.

Hanya seorang pecundang yang tidak berani mengungkapkan perasaan cintanya kepada orang yang dicintai.

Mengingat cinta dimasa lalu hanya menambah kita menderita kepedihan hati, dan akan berhenti hingga kita berhenti mengingat masa lalu menjadikannya pengalaman berharga, dan menemukan cinta sejati.

Aku adalah seorang yang telah kehilangan sinarnya, kini hatiku gelap tapi aku terus berusaha mencari sinar yang akan menerangi hatiku kembali.

Sherina Munaf - Ku Bahagia OST Laskar Pelangi


Minggu, 28 Oktober 2012

natural_dmasiv



Maher Zain - For The Rest Of My Life _ Official Music Video


PETA WISATA JEMBER


10 kisah cinta paling indah sepanjang masa


1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.

Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.

Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”

2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"

Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"

3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.

Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:

Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya

Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.

4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid

Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.

Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"

Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.

5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.

Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.

Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”

Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.

6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.

Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”

Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.

Subhanallah. Mantab.

7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'.

Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.

Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.'

Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'

Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"

Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."

Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."

Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga. Luar biasa. AllahuAkbar.

8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,

"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"

"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.

"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.

"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.

"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.

Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."

Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."

Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.

9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"

Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".

Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.

Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.

"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.

Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."

Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.

"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"

Pak tua itu diam sejenak. "Belum."

Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."

"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."

"Apa itu pak tua?"

"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"

"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.

Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.

"Baiklah pak, aku mau."

Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.

"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"

Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."

Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?

Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"

Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."

Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."

Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.

10. Zulaikha dan Yusuf As.

Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka

Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.

Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.

Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”

Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.

Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.

Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."

Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”

Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”

Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

Demikianlah kisah-kisah cinta yang menggugah hati saya baru-baru ini. Semoga kisah cinta kita sekalian –saya dan anda, wahai para pembaca- seindah cinta mereka. Wallahu wa Rasulullahu bisshowab.

Kisah cinta sejati yang tak lekang waktu




Pagi itu, klinik sangat sibuk, sekitar pkl.09.30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu jarinya. Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru bisa ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu pria tua itu nampak geliasah, sebentar-sebentar dia melirik ke jam tangannya, sya merasa kasihan, jadi ketika sedang luang saya sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya lukanya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter saya putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya sayaapakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat disana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer’s, lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia terlambat, dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak dapat mengenalinya lagi sejak 5 tahun terakhir. Saya sangat terkejut dan berkata “Bapak masih pergi kesana tiap hari walaupun istri Bapak sudah tidak kenal Bapak lagi?” Dia tersenyum sambil menepuk tangan saya ” Tetapi saya masih menganali dia kan?” Sungguh,, saya sangat terharu mendengar ceritanya, saya menahan air mata sampai kakek itu pergi…. CINTA KASIH seperti itulah yang saya mau dalam hidupku, diperjuangkan, memperjuangkan, penuh pengorbanan…. Dikisahkan dari seorang sahabat untuk membuka pintu hati kita…

Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/04/25/kisah-cinta-sejati-yang-menyentuh-lubuk-hati-terdalam/


Kisah Perjalanan Pria Pemabuk Dengan Pemuda Sholeh

Di sebuah kota di Saudi, seorang wanita tinggal dan hidup bersama suami dan anak-anaknya. Rumah mereka berdampingan betul dengan sebuah masjid. Namun disayangkan sekali, Allah mengujinya dengan seorang suami yang pemabuk. Tidak berlalu satu atau dua hari, kecuali sang suami pasti memukulnya dan anak-anaknya, bahkan mengusirnya hingga ke jalan. Hampir semua warga di lingkungan tempat tinggal mereka sebenarnya sangat mengasihaninya dan anak-anaknya. Apalagi jika mereka melewati rumahnya. Hampir setiap hari mereka masuk ke masjid untuk menunaikan shalat, namun setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing tanpa memberikan bantuan apapun, meski dengan sebuah kalimat penghibur hatinya.
 
Betapa seringnya mereka melihat dan menyaksikan wanita malang itu bersama anak-anak kecilnya duduk di samping pintu rumahnya untuk menunggu sang suami yang pemabuk itu membukakan pintu dan menyuruhnya masuk, setelah sebelumnya ia mengusirnya bersama anak-anak. Namun itu hanya sebuah penantian yang sia-sia. Akhirnya, jika wanita malang itu memastikan bahwa suaminya telah tidur, ia akan menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk meloncat ke dalam dan membuka pintu rumah itu dari dalam. Ia akan segera masuk ke dalam rumahnya lalu cepat-cepat masuk ke dalam kamar dan menguncinya untuk menunggu hingga suaminya sadar dari mabuknya. Dan di situ, wanita malang itupun mulailah mengerjakan shalat dan menangis di hadapan Allah agar memberikan hidayah dan ampunan bagi suaminya. Tidak seorang pun jamaah masjid itu -baik imam maupun muadzinnya- yang mampu berbicara kepada suami pemabuk itu dan memberinya nasihat, walau demi sang wanita dan anak-anaknya yang telah tersiksa dengan itu semua. Belum lagi bahwa mereka pun tahu pria pemabuk itu selain tidak takut kepada Allah dan suka mengganggu, ia juga mempunyai banyak masalah dengan tetangga-tetangga di lingkungan tinggalnya. Hatinya sangat keras.
 
Dan wanita malang itu tidak putus-putusnya mendoakan suaminya yang pemabuk itu di sepertiga akhir malam. Ia memohon kepada Allah dengan Nama-Nama-Nya yang mulia agar menerangi hati suaminya dengan hidayah iman. Hari-harinya ia gunakan untuk mendoakan yang terbaik bagi suaminya, sementara ia dan anak-anaknya terus merasakan siksaan itu dan tidak seorang pun yang mengasihani mereka atas semua musibah itu, selain Allah. Tidak ada saudara, ayah dan ibu yang mengayomi. Semuanya berlepas diri darinya. Semuanya tidak pernah merasakan kehadiran dan persoalannya. Ia seakan menjadi sosok yang terbuang dari tetangga dan keluarganya, akibat perilaku sang suami.
 
Pada suatu hari, ketika wanita malang itu mengunjungi salah seorang kawannya yang tinggal di lingkungan lain; kepada kawan yang mau membuka hatinya untuk mendengarkan keluh kesahnya itu ia menceritakan semua penderitaannya. Tentang apa yang dilakukan oleh suaminya kepada dirinya dan anak-anaknya ketika ia sedang dipengaruhi oleh minuman keras. Kawan itu sungguh bersimpati dengan apa yang dialaminya.
“Tenanglah, aku akan menyampaikan kepada suamiku agar menemui dan menasihatinya,” ujarnya. Dan suaminya adalah pemuda shalih yang bijak, menyenangi kebaikan untuk orang lain. Ia juga menghafal Al Qur’an dan senang beramar ma’ruf nahi munkar.
 
Wanita yang malang itupun setuju dengan syarat kawannya itu tidak memberitahu bahwa dialah yang memintanya melakukan hal tersebut, karena jangan sampai suaminya yang pemabuk itu kemudian marah, memukulnya lalu mengusirnya keluar dari rumah ke jalanan untuk kesekian kalinya jika mengetahui itu semua. Sang kawan itu sepakat bahwa rencana ini adalah rahasia antara mereka berdua saja.
Usai shalat isya, suami sang kawan itu pun langsung pergi menemui suami wanita malang itu. Ia mengetuk pintu rumahnya dan tidak lama kemudian pria pemabuk itu keluar dengan langkah gontai karena mabuk. Ia membuka pintu dan ternyata disana ia menemukan seorang pria yang sangat bersih, jenggotnya panjang dan hitam, wajahnya memancarkan cahaya, dan kelihatannya usianya belum sampai 25 tahun. Sementara pria pemabuk yang usianya telah mencapai 40 tahun itu di wajahnya hanya nampak tanda-tanda kemarahan dan jauh dari Allah. Ia memandang sang pengetuk pintu rumahnya dan bertanya:
“Siapa kamu? Dan apa yang engkau inginkan?”
“Saya fulan bin fulan. Saya mencintai anda karena Allah dan saya sengaja datang untuk mengunjungi anda…,” jawab pria muda itu dengan santun.
 
Namun, belum lagi ia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba pria mabuk itu meludahi wajahnya dan mengeluarkan cacian serta makiannya. “Semoga Allah melaknatmu, wahai anjing!! Ini bukan waktunya untuk berkunjung! Pergi sana!!” umpatnya penuh kemarahan.
 
Dari mulut pemabuk itu menyeruak aroma minuman keras, hingga seakan-akan seluruh lingkungan itu dipenuhi dengan aromanya yang menjijikkan.
Pemuda shalih itu kemudian mengusap ludah yang menempel di wajahnya dan berkata: “Jazakallah khairan (Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan). Mungkin aku memang salah karena datang pada waktu yang tidak tepat. Tapi, saya akan datang lagi untuk mengunjungi Anda di waktu lain, insya Allah.”
“Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Jika engkau datang lagi, aku akan mematahkan lehermu!!” jawab pemabuk itu sambil membanting pintunya.
Sang pemuda shalih itupun kembali ke rumahnya sembari berkata: “Alhamdulillah, Allah telah memberikan ludah ini di jalan-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kesempatan mendapatkan cacian dan penghinaan ini dijalan agamaku…”
 
Di dalam hatinya, ia telah bertekad untuk menyelamatkan wanita itu beserta anak-anaknya dari penderitaan mereka. Ia merasa bahwa seluruh dunia ini akan membuka pintu untuknya jika ia dapat menyelamatkan keluarga itu dari kehancuran. Ia pun mulai mendoakan si pemabuk itu di saat-saat doa mudah dikabulkan. Ia memohon kepada Allah agar menolongnya untuk menyelamatkan keluarga itu dari penderitaan abadinya. Kesedihan memenuhi rongga hatinya, dan kini yang menjadi obsesinya hanyalah bagaimana melihat si pemabuk itu termasuk orang-orang yang mendapatkan hidayah.
 
Ia kemudian berusaha mengunjungi pria pemabuk itu beberapa kali, namun ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali seperti yang sebelumnya ia telah dapatkan . Sampai akhirnya, pada suatu waktu, ia bertekad tidak akan pergi dari depan rumah pemabuk itu kecuali setelah berbicara dan menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ia pun mengetuk pintu rumahnya dan pria pemabuk itu pun keluar dalam keadaan mabuk seperti biasa.
“Bukankah aku telah mengusirmu dari sini berkali-kali?! Kenapa engkau keras kepala dan selalu datang lagi padahal aku sudah mengusirmu?!!!” teriaknya.
“Benar sekali. Tapi aku mencintaimu karena Allah, dan aku ingin duduk denganmu meski beberapa menit saja, Sebab Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah mengatakan:
‘Barangsiapa mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan menyeru penyeru di langit; ‘Engkau telah melakukan kebaikan, dan langkahmu baik, maka engkau telah menempati surga sebagai tempat(mu).’ (HR: At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Si pemabuk itu mulai malu di hadapan desakan pemuda itu yang terus menerus meski harus mendapatkan semua perlakuannya.
“Tapi sekarang ini aku sedang minum, sementara engkau, dari wajahmu kelihatannya engkau adalah orang shalih. Aku tidak mungkin membiarkanmu melihat botol-botol minumanku, karena itu tidak layak untukmu…” ujarnya mulai melembut.
“Tidak apa-apa! Biarkan aku masuk ke tempat minummu dan melihat semua botol-botol minumanmu. Biarkan kita mengobrol sambil engkau meminum minumanmu, sebab aku tidak datang kesini untuk melarangmu minum. Aku hanya datang untuk mengunjungimu saja…” kata pemuda itu.
“Kalau demikian, silahkan masuk…” ujar sipemabuk itu.
Maka untuk pertama kalinya, pemuda itu masuk ke dalam rumah itu setelah berkali-kali semua perlakuan buruk dan pengusiran. Dan ketika itu, ia merasa sangat yakin jika Allah menghendaki sesuatu yang baik untuk pria itu.
 
Pemabuk itu mengajaknya masuk ke kamar tempatnya mengonsumsi minuman keras. Kepada pemabuk itu, pemuda tadi mulai menyampaikan keagungan Allah, tentang apa yang disiapkan Allah untuk kaum beriman di surga dan untuk kaum kafir di Neraka dan tentang taubat. Bahwa Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bertaubat jika memohon hidayah pada-Nya. Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya. Jika seorang hamba-Nya yang pendosa bertaubat, maka Allah akan menjawab pintanya tiga kali dan tidak hanya sekali. Ia juga menyinggung pahala saling mengunjungi karena Allah.
Pemuda itu melihat air muka sang pemabuk menunjukkan tanda-tanda kebaikan. Pemabuk itu diam mendengarkan apa yang ia sampaikan dengan tenang. Dan pemuda itu tidak sekalipun menyinggung soal khamr (minuman keras) dan keharamannya, meskipun ia tahu bahwa meminumnya adalah sebuah dosa besar. Sampai ia pulang, tak satu kalimat pun tentang khamr yang diucapkannya. Pemuda itu pulang setelah meminta kepada sang pemabuk itu untuk mengizinkannya untuk berkunjung dan berkunjung lagi. dan ia setuju. Pemuda itu pun pulang.
 
Beberapa hari setelah itu, sang pemuda kembali menemui sang pemabuk yang rupanya sedang mabuk. namun baru saja ia mengetukkan pintu rumah itu, segera saja sang pemabuk itu menyambut dan mempersilahkannya masuk ke tempat ia biasa meminum minuman kerasnya. Ia kemudian mulai berbicara tentang surga dan apa yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya. Ia memperhatikan bahwa si pemabuk ini sudah mulai berhenti meminum minumannya jika ia sedang berbicara.
 
Pemuda itu merasa semakin dekat dengannya dan perlahan-lahan ia mulai menghancurkan gelas demi gelas minuman keras itu di dalam hatinya perlahan-lahan. Dan ketidak berlanjutannya meminum adalah pertanda bahwa ia mulai memahami apa yang diucapkannya. Pemud aitu kemudian mengeluarkan sebuah botol parfum yang sangat mahal dari kantongnya. Ia memberikannya sebagai hadiah kepada si pemabuk itu dan segera keluar dari rumah tersebut. Hari itu, ia sangat bahagia dengan apa yang berhasil dilakukannya dalam kunjungan kali itu. Ada perkembangan yang berarti…
 
Beberapa hari kemudian, ia kembali mendatangi pria pemabuk itu dan ia menemukannya telah mengalami perubahan yang luar biasa. Meskipun ia masih dalam keadaan mabuk berat, namun keadaannya telah jauh berbeda.
Kali ini, setelah pemuda itu berbicara tentang Surga dan Neraka, pemabuk itu menangis seperti anak-anak sambil berujar: “Allah pasti tidak akan menerima taubatku! Allah pasti tidak akan mengampuniku! Aku ini membenci ulama, membenci orang-orang shalih, bahkan membenci semua orang! Bahkan membenci diriku sendiri! Aku ini binatang pemabuk! Allah tidak akan mau menerimaku, tidak akan mau menerima taubatku meskipun aku bertaubat. Kalau Allah mencintaiku, Ia tidak akan membiarkanku meminum minuman keras ini. Ia tidak akan membuatku dalam kondisi ini, kedurjanaan yang kujalani selama bertahun-tahun lalu…”
 
Sambil memeluknya, pemuda shalih itu berkata padanya:
“Allah akan menerima taubatmu. Dan orang yang bertaubat itu seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Pintu taubat itu akan selalu terbuka, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangimu dengan Allah. Kebahagiaan itu sepenuhnya adalah dalam agama ini. Apa yang akan terjadi di hari esok pasti jauh lebih indah jika engkau memohon hidayah pada Allah dengan hati yang sungguh-sungguh. Tidak ada yang harus engkau lakukan kecuali memohon hidayah pada Allah dengan hati yang ikhlas. Allah pasti akan menerimamu…”
Ia kemudian mengatakan bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Makkah dengan beberapa orang kawannya. Ia menawarkan kepada sang pemabuk itu untuk ikut serta. Namun si pemabuk itu berkata: “Tapi aku ini pemabuk. Kawan-kawanmu pasti tidak mau aku menyertai mereka dalam perjalanan ini…”
 
“Jangan berpikir begitu! Mereka mencintaimu seperti aku juga demikian. Tidak akan menjadi masalah bagi mereka jika engkau menyertai mereka dengan kondisimu seperti ini. Kita akan pergi ke Makkah untuk menunaikan umrah. Begitu selesai, kita akan segera kembali ke kota ini. kami akan sangat berbahagia dengan keberadaanmu di sepanjang perjalanan kami…” ujar pemuda shalih itu.
Sang pemabuk itu berkata, “Apakah kalian akan mengizinkan aku untuk membawa botol-botol minumanku bersama kalian, karena aku tidak bisa berpisah darinya sekejap pun?”
Dengan sangat gembira, pemuda shalih itu menjawab: “Bawalah bersamamu jika memang ia harus dibawa!”
 
Pandangan pemuda shalih itu sangat jauh ke depan, meskipun resikonya sangat besar jika ia membawa botol-botol minuman itu di dalam mobilnya. Apalagi dengan membawa serta seorang pemabuk dan dalam kondisi mabuk pula. Sebab perjalanan ke Makkah dipenuhi pos-pos pemeriksaan polisi. Namun ia memilih untuk mengambil resiko itu demi menyelamatkan wanita malang itu bersama anak-anaknya. Karena siapa yang berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang agung, semua masalah menjadi kecil dalam pandangannya.
“Bangunlah sekarang lalu mandi dan berwudhulah, kemudian kenakan pakaian ihrammu…,” ujar pemuda itu pada sang pemabuk.
 
Pemuda itu keluar menuju mobilnya untuk mengambilkan pakaian ihram khusus miliknya untuk pria pemabuk itu. Biarlah ia nanti membeli yang lain lagi untuk ia kenakan. Setelah pria pemabuk itu mulai bersiap-siap, ia menemui istrinya dan berkata: “Aku akan pergi ke Makkah untuk menunaikan umrah bersama beberapa orang Syaikh…”
Binar-binar kebahagiaan segera memancar di wajah wanita itu ketika mendengarkan ucapan itu. Ia segera menyiapkan tas suaminya. Pria pemabuk itu segera mandi dan mengenakan pakaian ihramnya, meski ia masih dalam kondisi mabuknya.
 
Pemuda shalih itu menyuruhnya bergegas, jangan sampai kemudian ia berubah pikiran lagi untuk tidak ikut serta bersama mereka untuk bersama-sama menunaikan umrah. Ia benar-benar tidak percaya telah mendapatkan kesempatan besar untuk hanya berdua dengan sang pemabuk itu dan menjauhkannya dari kondisi yang mengingatkannya untuk mabuk dan juga dari kawan-kawan jahatnya. Kalau saja ia sadar, boleh jadi ia tidak akan mau ikut atau setan akan berusaha menahannya dari pintu lain sehingga tidak mau ikut serta menunaikan umrah bersamanya. Setelah menghubungi kawan-kawannya, pemuda itu segera pergi menjemput mereka untuk bersama-sama pergi menunaikan umrah.
 
Tidak lama kemudian, mobil itupun meluncur menuju Makkah. Pemuda shalih itu yang menyetirnya dan disampingnya duduk pria pemabuk itu. Sementara di kursi belakang duduklah dua orang kawannya yang ikut serta bersama mereka. Sepanjang perjalanan ia terus membaca surah-surah pendek dan beberapa hadits Nabi dari kitab Shahih Al Bukhari, dan semuanya membahas tentang taubat.
 
Sementara pria pemabuk itu sama sekali tidak tahu bagaimana membaca surah Al Fatihah. Ketika giliran membaca itu sampai padanya, ketiga kawan perjalanannya itu harus membacakan surah itu tiga kali untuk membenarkan bacaannya yang salah tanpa harus mengatakan: “Kamu salah!” atau “Tidak masuk akal ada orang yang salah dalam membaca surah Al Fatihah.” Demikianlah hingga akhirnya mereka selesai membaca surah-surah pendek beberapa kali dan juga membaca Hadits-hadits tentang keutamaan amal shalih, dan pria pemabuk itu mendengarkan dengan tenangnya…
 
Dan sebelum tiba di Makkah, ketiga sahabat itu sepakat bahwa mereka tidak akan masuk ke kota Makkah kecuali jika kawan pemabuk itu telah benar-benar sadar dari mabuknya. Mereka memutuskan untuk bermalam di salah satu tempat peristirahatan dengan alasan kelelahan dan ingin tidur dulu hingga Shubuh menjelang, untuk kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
 
Sang pemabuk itu mendesak mereka bahwa ia bisa menyetir mobil itu jika mereka ingin tidur di dalam mobil itu sepanjang perjalanan, karena ia tidak bisa tidur sama sekali. Namun mereka mengatakan: “Terima kasih, Jazakallah khairan dan semoga Allah memberkahimu. Tapi kami ingin menikmati perjalanan ini bersamamu. Biarlah kita menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama.”
 
Ia pun terpaksa menyetujuinya. Mereka akhirnya masuk ke salah satu tempat peristirahatan di pinggir jalan. Mereka menyiapkan sebuah alas tidur untuk kawan pemabuk mereka dan mereka sengaja mengaturnya tidur di antara mereka agar ia dapat melihat apa yang nanti mereka kerjakan. Mereka kemudian membahas etika tidur dan bagaimana mereka tidur sesuai dengan sunnah sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wasallam tidur. Kawan pemabuk itu memperhatikan dan mengikuti apa yang mereka lakukan, hingga beberapa menit kemudian ia pun tertidur dengan lelapnya.
 
Sebelum tiba waktu Shubuh, ketiga sahabat itu bangun dan mengerjakan shalat malam di sepertiga akhir malam. Mereka mendoakan kawan pemabuk mereka yang terlelap dalam tidurnya akibat pengaruh alkohol. Mereka sujud dan berdoa di hadapan Allah untuk memberikannya petunjuk dan mengembalikannya ke dalam agama-Nya dengan sebaik-baiknya. Ketika ia masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba ia terbangun dan melihat ketiga pemuda itu sedang mengerjakan shalat malam. Mereka menangis dan meratap di hadapan Allah. Tiba-tiba menyelusup sebuah perasaan takut dalam dirinya. Ia mulai sadar dari mabuknya sedikit demi sedikit.
Ia terus mengawasi apa yang dilakukan oleh pemuda itu di waktu malam. Sementara ia dibalik selimutnya menyembunyikan tubuhnya yang rapuh, kegelisahannya yang berat serta rasa malunya yang begitu besar kepada para pemuda itu dan juga kepada Allah. Ia mulai bertanya kepada dirinya sendiri: “Bagaimana mungkin aku pergi bersama orang-orang shalih itu, mereka bangun mengerjakan shalat malam, menangis karena takut kepada Allah, mereka tidur dan makan seperti Sunnah Nabi shalallahu alaihi wasallam, sementara aku dalam kondisi mabuk!”
 
Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepalanya hingga ia mulai tidak bisa melanjutkan tidurnya kembali. Dan tidak lama kemudian muadzin mengumandangkan adzan Shubuh. Ketiga pemuda itu kembali ke pembaringan mereka seakan mereka tidak pernah bangun sebelumnya.
 
Tidak lama kemudian, mereka pun membangunkan kawan pemabuk itu untuk shalat Shubuh. Mereka tidak tahu bahwa sejak tadi ia mengawasi apa yang mereka lakukan dari balik selimutnya. Ia pun bangun untuk berwudhu, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Subuh bersama ketiga pemuda itu. Kali ini sudah jauh lebih seimbang dari sebelumnya. Ia mengerjakan shalat Subuh bersama mereka, lalu kembali ke tempat istirahatnya bersama ketiga kawannya yang ia cintai karena sifat-sifat mulia dan keteguhan mereka berpegang pada agama dan memperlakukannya dengan hormat sebagaimana layaknya manusia. Dan ia belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya…
 
Setelah itu, mereka menyiapkan sarapan pagi dan berupaya berkhidmat melayani kawan pemabuk itu seakan dialah pemimpinnya dan mereka adalah para pembantu yang melayani dan memuliakannya. Dari waktu ke waktu, mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang indah, sehingga ia merasa sangat bahagia di tengah mereka. Ia mulai membandingkan keadaannya diantara para tetangganya yang mengatakan sangat membencinya. Ia mendengarkan obrolan mereka tentang adab-adab makan.
 
Mereka kemudian makan apa yang ada hingga tiba waktu syuruq (terbitnya matahari). Mereka lalu berdiri mengerjakan shalat dhuha, lalu kembali tidur hingga kurang lebih jam 10 pagi agar dapat meyakinkan bahwa kawan mereka yang satu itu benar-benar telah sadar sepenuhnya dari mabuknya dan kembali normal seperti sedia kala.
 
Setelah ia sadar kembali, barulah kawan pemabuk itu merasa malu dan tidak enak hati. Ia kemudian menarik kawan pemudanya dan berbisik: “Bagaimana mungkin engkau mengajakku dalam keadaan mabuk bersama para ‘Syaikh’ yang shalih itu? Mudah-mudahan Allah memaafkanmu! Lagipula aku menemukan botol minumanku ada di mobil. Siapa pula yang membawanya?”
Pemuda shalih itu menjawab: “Akulah yang membawanya setelah aku melihatmu bersikeras untuk membawanya dan engkau tidak akan ikut serta bersama kami jika engkau tidak membawanya!”
“Apakah kawan-kawanmu itu melihatnya?” tanya kawan pemabuk itu.
 
“Tidak. Mereka tidak melihatnya karena ia berada dalam sebuah kantong hitam,” jawab si pemuda.
“Alhamdulillah, syukurlah jika mereka tidak melihatnya…,” ujarnya.
 
Setelah itu, mereka pun bergerak menuju Makkah. Kawan pemabuk itu bersama mereka. Dan apa yang mereka lakukan terhadapnya pada awal perjalanannya itu pula yang mereka lakukan terhadapnya dalam perjalanan lanjutan itu. Mereka membaca surah-surah pendek dan hadits-hadits motivasi sepanjang perjalanan. Mereka memperhatikan bahwa kawan pemabuk itu sudah mulai membaca surah-surah pendek itu lebih baik dari sebelumnya. Banyak yang mereka baca sepanjang perjalanan itu hingga mereka tiba di Makkah dan memasuki Masjidil Haram. Dan mereka tetap memuliakan kawan pemabuk mereka itu dengan sebaik-baiknya…
 
Mereka melakukan thawaf dan sa’i, kemudian meminum air zamzam. Lalu kawan pemabuk itu meminta izin untuk pergi ke Multazam (dinding yang terletak di Ka’bah antara Hajar Aswad dengan Pintu Ka’bah). Mereka pun mengizinkannya, dan ia kemudian pergi kesana bersama pemuda shalih itu…
 
Ia berpegang di multazam dan mulai menangis dengan suara seakan tiang-tiang Ka’bah itu bergetar oleh tangisan dan ratapan pria pemabuk itu. Air matanya menetes membasahi pelataran Ka’bah. Pemuda shalih itu mendengar tangisannya, dan ia pun menangis seprti itu. Ia mendengarkan doanya, lalu mengaminkannya dari belakang…
 
Sebuah pemandangan yang menggetarkan hati jika engkau melihatnya. Pria mabuk itu berdoa kepada Allah agar berkenan menerima taubatnya. Ia berjanji pada Allah untuk tidak akan kembali pada minuman keras lagi dan ia memohon agar Allah mau menolongnya untuk itu. Tidak ada doa yang ia ketahui selain: “Ya Tuhanku, kasihinilah aku. Ya Tuhanku, aku sudah terlalu banyak melakukan dosa, maka kasihinilah aku, karena Engkau adalah Penguasa langit dan bumi. Jika engkau menolakku dari pintu Rahmat-Mu, maka kepada siapa aku harus kembali. Jika Engkau tidak menerima taubatku, maka siapa lagi selain-Mu yang akan mengasihiku. Duhai Tuhanku, sungguh pintu-pintu rahmat-Mu terbuka luas dan aku memohon pada-Mu jangan Kau menolakku sia-sia…”
Doanya benar-benar menggetarkan jiwa sampai-sampai membuat orang-orang di dekatnya ikut pula menangis. Tangisannya sungguh membuat terenyuh hati, seakan engkau merasa ruhnya telah lepas terbang menuju langit ketika ia mulai berdoa pada Tuhannya. Ia menangis dan memohon pertolongan hingga kawan pemudanya benar-benar merasakan keprihatinan yang sangat dalam. Ia terus berada dalam kondisi seperti ini selama satu jam. Ia tak berhenti menangis, meratap dan berdoa kepada Allah, sementara kawan pemudanya ikut menangis dibelakangnya. Sebuah pemandangan yang luar biasa…
Seorang pria berusia lebih 40 tahun, bergantung di kain kiswah Ka’bah. Dan yang paling membuat hati tersentuh untuk menangis adalah doa yang diucapkannya: “Duhai Tuhanku, aku selalu memukul dan mengusir istriku jika aku larut dalam mabukku, ampunilah aku ya Allah atas semua yang kulakukan terhadapnya…
Ya Tuhanku, sesungguhnya kasih sayang-Mu meliputi segala sesuatu, dan aku mohon kepada-Mu, Tuhanku agar Engkau meliputiku dengan rahmat-Mu…
Tuhanku, aku berdiri di hadapan-Mu, maka jangan Engkau membiarkanku dengan tangan kosong…
Tuhanku, jika Engkau tidak mengasihiku, maka siapa lagi selain-Mu yang akan mengasihiku…
Ya Tuhanku, sungguh aku bertaubat, maka terimalah taubatku. Katakanlah padaku: ‘Aku datang, Aku datang, wahai hamba-Ku!’ Ya Tuhanku, kumohon jangan palingkan wajh-Mu dariku…
Wahai Tuhanku, lihatlah kepadaku, karena aku telah memenuhi bumi ini dengan airmata yang ada padaku…
Wahai Tuhanku, sungguh aku berdiri di hadapan-Mu, aku kini bertamu di rumah-Mu yang dimuliakan, maka jangan perlakukan aku seperti manusia memperlakukankukarena manusia itu jika aku meminta pada mereka, mereka menolakku bahkan meremehkanku…
Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, terangilah mata hatiku. Ya Allah, buatlah cahaya-Mu itu meliputiku, buatlah aku benci kepada minuman keras sepanjang hidupku…
Tuhanku, janganlah Engkau marah kepadaku dan janganlah Engkau murka padaku betapa seringnya aku membuat-Mu marah dengan dosa-dosaku yang tak terhitung. Aku durhaka padamu dan Engkau melihat apa yang kuperbuat…”
Disaat seperti itu, pemuda shalih itu memintanya agar mendoakannya pula kepada Allah. Tapi permintaan itu justru membuatnya semakin menangis, ia mengatakan: “Ya Tuhanku, apakah dari orang seperti aku diminta untuk mendoakan orang lain?!!
Ya Tuhanku, aku sungguh telah durhaka pada-Mu selama 25 tahun lamanya. Namun Engkau tak meninggalkanku dan membiarkanku tenggelam dalam dosa…
Tuhanku, aku adalah orang fasik dan berdosa, aku berdiri di pintu-Mu, maka jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang shalih…
 
Demikianlah ia terus meratap dan menangis. Engkau tak akan mendengarkan apa-apa selain suara yang diliputi kesedihan dan ratapan.
Muadzin mengumandangkan adzan Ashar. Mereka pun duduk untuk mengerjakan shalat, sementara sang pemabuk yang telah bertaubat itu masih saja bergantung di kain penutup Ka’bah, menangis hingga kawannya benar-benar kasihan padanya, lalu kemudian memapahnya untuk duduk di shaf orang-orang yang shalat agar ia dapat beristirahat dari tangisannya…
Pemuda itu memapahnya dan memelukknya seakan ia adalah ibu atau ayahnya. Ia pun mengerjakan shalat dua rakaat sebelum Ashar yang semuanya diliputi tangisan dengan suara sesenggukan yang menyayat hati dan menggetrakan hati orang-orang di sekelilingnya. Sungguh, doa sang istri di tengah malam telah dikabulkan oleh Allah. Doa sang pemuda shalih itu juga akhirnya berbuah manis…
 
Begitu pula doa kawan-kawannya yang lain di waktu malam, semuanya telah mencapai tujuan yang ingin mereka capai dari perjalanan mereka itu. Benarlah bahwa doa itu dapat membuat seorang berubah menjadi sosok yang berbeda dalam sekejap saja…
 
Shalat pun selesai sudah ditunaikan. Mereka kemudian keluar dari Masjidil Haram untuk mencari hotel di dekat Masjid itu dan airmata masih saja mengalir memenuhi wajahnya…
Kebetulan salah seorang dari rombongan itu adalahseorang hafizh al Quran. Dan ia adalah orang yang sangat tawadhu, rendah hati dan murah senyum. Maka ketika ia melihat betapa besarnya perubahan kawan pemabuk mereka itu, ia pun semakin memuliakannya, sampai-sampai ia bersikeras untuk membawakan sendal sang pemabuk untuk dikenakannya di luar pintu Masjidil Haram. Tindakan dari sang Hafizh Al Quran ini menyeruakkan berbagai perasaan luar biasa yang hanya diketahui oleh Allah dalam hati sang pemabuk itu.
 
Mereka akhirnya menyewa kamar di sebuah hotel yang tidak jauh dari Masjidil Haram. Disana mereka tinggal selama lima hari dan pemabuk yang telah bertaubat itu setiap hari di waktu shalat datang ke Masjidil Haram, bergantung di Multazam, menangis dan membuat orang-orang di dekatnya ikut menangis. Dan di waktu malam, ia bangun untuk shalat dan menangis. Nyaris engkau tidak pernah melihatnya tidur. Siang hari ia menangis di Masjidil Haram, lalu di waktu malam ia bangun untuk shalat dan berdoa pada Allah dengan suara penuh tangisan.
 
Dan setelah perjalanan itu usai, mereka pun kembali ke kota mereka. Ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang, ‘sang pemabuk’ itu meminta agar mereka berhenti sebentar. Mereka pun berhenti sebentar mengikuti permintaannya. ‘Sang pemabuk’ itu kemudian mengeluarkan botol minumannya dari kantong hitam di depan kawan pemudanya dan dua kawan lain yang menyertainya. Ia menuangkan semua isinya dan berkata: “Persaksikanlah hari yang sangat agung dalam hidupku ini, aku tidak akan kembali lagi meminumnya…” Ia menuangkan semua isinya sambil menangisi semua dosa yang telah ia lakukan.
 
Mata kawan-kawannya pun dipenuhi air mata. Mereka ingin berbicara namun mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Airmata jauh lebih kuat daripada sebuah ucapan. Mereka pun menangis. Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka. Kebisuan meliputi perjalanan itu, lalu suara sesengguk mulai terdengar dan tiba-tiba suara tangispun meliputi mereka…
 
Sebelum mereka akhirnya tiba di kota mereka, mereka berkata kepadanya: “Sekarang engkau akan masuk ke rumahmu dengan wajah berseri-seri, penuh kasih dan sayang kepada keluargamu…”
Mereka memberinya nasihat untuk memperlakukan anak istrinya dengan baik dan menjaga shalat berjamaahnya di masjid dekat rumahnya. Jika ia terus meniti jalan petunjuk dan taubat itu akan menjadi sebab ia mendapatkan rahmat Allah. “Demi Allah, aku tidak akan pernah mendurhakai Allah untuk selamanya,” ujarnya.
“Insya Allah,” ujar kawan-kawan seperjuangannya dengan airmata yang memenuhi kelopak mata mereka.
 
Ia akhirnya tiba di rumahnya. Ia masuk menemui istri dan anak-anaknya dan kondisinya telah benar-benar jauh berbeda. Sang istri tidak berusaha menyembunyikan rasa gembiranya atas apa yang ia saksikan. Ia menangis dan memeluk suaminya. Suaminya pun menangis dan mengecup keningnya. Ia kemudian mengecup anak-anaknya satu persatu sambil menangis.
Hari-hari selanjutnya ia penuhi dengan kehadirannya untuk shalat di masjid dekat rumahnya. Perlahan-lahan tanda-tanda kebaikan nampak di wajahnya. Jenggotnya ia pelihara dan nampak memutih. Wajahnya mulai memancarkan tanda-tanda kebahagiaan. Ia seperti baru dilahirkan kembali.
 
Begitulah hari demi hari berlalu, hingga suatu hari ia meminta kepada imam masjid untuk dapat membantu muadzin mengumandangkan adzan setiap hari. Sang imam menyetujuinya, hingga akhirnya sang muadzin resmi masjid itu meninggal dunia. Ia pun menggantikan kedudukannya. Ia juga mulai menghadiri majelis-majelis ilmu. Lalu ia memutuskan untuk menghafalkan Al Quran hingga akhirnya ia berhasil menyelesaikan hafalannya.Ia kemudian diangkat menjadi iamm Masjid di samping rumahnya, hingga hari ini

Sabtu, 27 Oktober 2012

(jangan sampai..) Kita Menjadikan ALLAH bagai ‘Mitra Dagang’ belaka!!!




May 31st, 2012 by ♥ .:.Ayuwati Ariyani.:. ♥
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
hapeku berbunyi, heMm” ada sms rupanya ^_^
sms dari sahabat akhwat yang ingin share pendapat.. ‘afwan yaa saya balas sms-nya disini :)jawabannya lumayan panjang dan bisa menghabiskan 10 lembar sms (hehe.. bilang aja ngk mo keluar pulsa) :)
Let’s check her message!! (she said..,,)
Assalaamu’alaykum..
terdapat dalam kalam ALLAH bahwa “yang baik pasti mendapatkan yang baik, dan sebaliknya”!!
ada kasus,, seorang wanita sholehah mendapat suami pemabuk, pemukul, penjudi, dsb..
ada juga seorang laki-laki sholeh mendapat istri penuntut, pembangkang, dsb.. #pendapat ukhti bagaimana??
Wa’alaykumus salaam.. ukhti :)
Bismillaah,! semoga ALLAH mengampuni kesalahan-kesalahan atas jawabanku..
Na’am! benar kata anti ia ada dalam surat An-Nuur ayat 26 “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…
tapi seperti yang anti ketahui bahwa dalam ber-Islam, kita tidak boleh partial atau setengah-setengah.. harus secara menyeluruh.. Oleh karena itu, maka mari juga kita mengingat dalam ayat cinta-NYA di surat Al-Baqarah ayat 216 “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Sekilas dari kasus yang anti ambil, saya langsung teringat dengan kisah wanita sholehah yang memiliki suami yang sangat keji bahkan suaminya sangat dibenci dan dilaknat oleh ALLAH, beliau ialah bunda kita Asiyah binti Muzahaim istri Fir’aun laknatullah. Singkat cerita, ketika mengetahui keimanan istrinya kepada ALLAH, maka Fir’aun sangat murka. Akan tetapi dengan keimanan dan keteguhan hati, wanita sholehah tersebut tidak goyah pendiriaannya, meski mendapat ancaman dan siksaan dari suaminya.
Bahkan Fir’aun akan membunuh istrinya tersebut. Alangkah beratnya ujian wanita ini, disiksa oleh suaminya sendiri.
Dimulailah siksaan itu, Fir’aun pun memerintahkan para algojonya untuk memasang tonggak. Diikatlah kedua tangan dan kaki Asiyah pada tonggak tersebut, kemudian dibawanya wanita tersebut di bawah sengatan terik matahari. Belum cukup sampai disitu siksaan yang ditimpakan suaminya. Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Subhanallah…saudariku, mampukah kita menghadapi siksaan semacam itu? Siksaan yang lebih layak ditimpakan kepada seorang laki-laki yang lebih kuat secara fisik dan bukan ditimpakan atas diri wanita yang bertubuh lemah tak berdaya. Siksaan yang apabila ditimpakan atas wanita sekarang, mugkin akan lebih memilih menyerah daripada mengalami siksaan semacam itu.
Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya. Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini. Ketika Fir’aun dan algojonya meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya.
Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdo’a memohon untuk dibuatkan rumah di Surga. dan diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam al-Qur’an, “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.” (Qs. At-Tahrim:11)
dan ALLAH mengabulkan do’anya, bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw disebutkan bahwa Asiyah termasuk diantara wanita-wanita yang mulia, diriwayatkan: ["Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam puteri Imron dan Asiyah istri Fir’aun"].
Mungkin sepintas logika manusia kita berjalan! bahwa mengapa tidak sesuai bahwa Asiyah yang baik dan begitu sholehahnya bisa memiliki suami yang tidak baik bahkan laknatullah?? tapi coba perhatikan skenario-NYA yang begitu indah!!
karena kesabarannya, karena keteguhannya..
ALLAH membuatkan sebuah rumah dan menjanjikan Surga untuk ibunda Asiyah..
sekali lagi.. wallaahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun :)DIA lebih mengetahui sedangkan kita tidak..
Sobat fillah..
Ujian itu tidak hanya dalam bentuk derita atau saat kita diberi yang jelek saja, akan tetapi ujian juga dapat berupa kesenangan dengan mendapat yang tampan atau cantik,
jangan sampai lantaran hal tersebut kita malah lebih mencintainya ketimbang ALLAH!!
jangan sampai karenanya kita menjadi sombong, mencela istri atau suami orang lain!!
Oke, back to case.. :)
gimana nih?? kan saya sudah berusaha menjadi sholeh/ah tapi qok dapatnya yang ngak sholeh/ah, bahkan lebih ‘ancuuurr’?? :(hikzz! qok kayak ngk adil bangeett?? *Astaghfirullaah! jangan sampai ada prasangka seperti itu*
Yuk.. yuk.. check niat kita!!!
saat kita sholat, puasa, mengaji, menghafal al-Qur’an, atau amalan-amalan lainnya.. niat kita itu untuk apa??
biar DIA ngebalas kebaikan kita tersebut?
biar nanti jodoh yang DIA berikan serupa ‘baik’nya seperti kita?
Sobatfillaah.. kalau niatnya kayak gitu!!
maka secara sadar atau tidak sadar, sebenarnya kita itu sudah menganggap ALLAH bagai ‘mitra dagang’ belaka dan bukan lagi kekasih, Rabb yang kita sangat cintai..
masih ingatkan?? dengan hadist Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai apa yang diniatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari Muslim)
kalau semua niatnya sudah buat dunia saja hanya sampai pada yang ingin dinikahinya saja, lalu bekal buat akhiratnya gimana?? habis??
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama kembali meng-upgrade niat kita, scan virus-virus yang membuat hati kita dapat menjadi hamba-NYA yang membangkang, angkuh, sombong, sok tau dan tidak yakin akan janji-NYA..
tapi bukan berarti saya nyuruh anti untuk “asal terima aja!!hehe”
ya enggak-lah ukhti :)
Percaya saja deh!! hanya lelaki sholeh yang BERANI MEMINTA BIDADARI SHOLEHAH langsung kepada ayah atau walinya untuk dinikahi, bukan sekedar ingin dicintai.. yang tentunya dengan cara yang syar’i :)insya ALLAH..
lakukan perintah dan penuhi semua yang DIA minta, biarlah DIA yang menjadi penentu skenario kita.. karena sungguh ALLAH tidak pernah menyalahi janji-NYA!!
– saiia Ayuwati Ariyani
cinta manusia itu urusan ALLAH! cinta kepada ALLAH itu urusan kita! jangan terlalu sibuk dengan urusan ALLAH, jika kita sendiri masih belum sempurna dengan urusan kita!!
"ya ALLAH.. Perbaikilah bagiku agamaku yg mana ia adalah benteng dari segala urusan-urusanku. Perbaikilah bagiku duniaku yg mana ia adalah tempatku meniti kehidupan. Perbaikilah pula akhiratku, yg mana kepadanyalah aku kmbali.. Jadikanlah kehidupan ini sebagai lahanku untk menambah amal, dan jadikanlah kematian sebagai tempatku beristirahat dari segala kejahatan.." ^^ Aamiin Allaahumma Aamiin